Solilokui
dingin bulan
gigil jalan
aku melangkah
rumah rumah tutup
kedai larut malam
pengendara motor tak dikenal
melintasi embun
yang jatuh dari bintang tak bernama
betapa lengang jam berdentang
di mata jaga
lampu lampu hotel
lampu lampu reklame
bikin asing pada kepulangan—
kekasih yang menyimpan ciuman:
lidah lembut dalam telinga
angin berhembus
sedikit suara tergambarkan
aku terus melangkah
ambang subuh
kau makin tertinggal jauh
yang tidur dalam sajak:
rabun senja!
aku terus melangkah
pada bengkolan ke tujuh
pagi baru tumbuh
11 September 2009
7 September 2009
Poem
Angin Panas
angin panas
angin panas yang menyeberangi laut
membawa bau tubuhmu
yang hutan terbakar itu
angin panas
angin panas yang membuat malam
kotaku jadi demam
karna lehermu menyimpan sungai
sungai yang melarungkan abu pohon-pohon
o, cintaku yang ditinggalkan burung-burung,
matamu mengeluarkan asap
jadi kata-kata sesak dalam sajak
sajakku yang berjalan sendirian
di jalan jalan kotaku yang malam
yang demam
angin panas
angin panas yang menyeberangi laut
membawa bau tubuhmu
yang hutan terbakar itu
angin panas
angin panas yang membuat malam
kotaku jadi demam
karna lehermu menyimpan sungai
sungai yang melarungkan abu pohon-pohon
o, cintaku yang ditinggalkan burung-burung,
matamu mengeluarkan asap
jadi kata-kata sesak dalam sajak
sajakku yang berjalan sendirian
di jalan jalan kotaku yang malam
yang demam
Langganan:
Postingan (Atom)