11 September 2009

poem

Solilokui

dingin bulan
gigil jalan
aku melangkah
rumah rumah tutup
kedai larut malam
pengendara motor tak dikenal
melintasi embun
yang jatuh dari bintang tak bernama
betapa lengang jam berdentang
di mata jaga
lampu lampu hotel
lampu lampu reklame
bikin asing pada kepulangan—
kekasih yang menyimpan ciuman:
lidah lembut dalam telinga

angin berhembus
sedikit suara tergambarkan
aku terus melangkah
ambang subuh
kau makin tertinggal jauh
yang tidur dalam sajak:
rabun senja!
aku terus melangkah
pada bengkolan ke tujuh
pagi baru tumbuh

Tidak ada komentar: