Kematian Yang Sangat Menyedihkan
setiap kali duduk di depan komputer kantor, saya suka menatap sejenak pada senyum gadis dalam poster di dinding, yang jaraknya tiga meter dari saya duduk. saya selalu memastikan, apakah senyum gadis dalam poster itu telah berubah? hemm...ternyata senyum gadis dalam poster itu masih seperti dulu, seperti pertama kali saya menatapnya.
senyum gadis itu dalam poster itu sering membantu saya menulis kalimat pertama berita, setelah saya menatapnya barang sejenak. inilah yang membuat ia menjadi cukup penting bagi saya.
saya tidak tahu dan juga tidak ingin bertanya siapa nama gadis yang tersenyum dalam poster itu. biarlah ia menjadi rahasia, seperti senyumnya itu. yang jelas, gadis dalam poster itu sudah ada sebelum saya bekerja sebagai 'pemulung berita' di surat kabar sebuah kota tua. karena gadis itu pernah menjadi model iklan sabun mandi di surat kabar tempat saya bekerja. begitulah.
suatu malam, saya harus menulis berita tentang kematian, sendiri di kantor. semua bahan sudah ada, berserakan di atas meja. tapi saya tidak bisa memulai kalimat pertama. sebab, kematian itu sangat menyedihkan. jauh lebih sedih dari kematian apa pun yang pernah saya jumpa.
bagaimana saya akan menceritakan tentang kematian yang sangat menyedihkan itu, sedang saya belum bisa menulis kalimat pertama? saya takut menulisnya asal-asalan. saya takut kalau kematian itu tak lagi menyedihkan. seperti kematian manusia pada tahun 1966. ah...
saya telah berulang-ulang menatap senyum gadis dalam poster itu, tapi belum juga bisa membantu sebagaimana biasanya.
saya pejamkan mata. saya membatin: "baiklah, ini terakhir kali saya menatap senyum gadis dalam poster itu. jika ia tak bisa membantu saya menulis kalimat pertama tentang kematian yang sangat menyedihkan itu, saya akan melupakannya. ia akan menjadi sesuatu yang biasa."
kemudian saya membuka mata, dan menatap senyum gadis dalam poster itu. senyum gadis dalam poster itu tampak makin manis, makin mistis. pelahan-lahan, saya merasakan tubuh saya melayang, naik dari kursi. saya terus melayang, melewati meja komputer. melayang menuju dinding, mendekat ke arah gadis dalam poster itu.
dan senyum gadis dalam poster itu mulai menyedot kepala saya. badan saya. kemaluan saya. paha saya. kaki saya. hingga lenyaplah saya ke dalam senyum gadis dalam poster, yang manis, yang mistis itu.
saya seperti terdampar di pulau kecil, pulau terpencil, yang hilang dalam peta. saya mencari jalan keluar, seperti mencari kalimat pertama untuk berita tentang kematian yang sangat menyedihkan itu, yang ingin saya bagikan kepada anda.
Yogyakarta, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar