Meninggalkan Pulau Penyengat
dalam gerimis petang,
bersama pompong
aku tinggalkan pulau penyengat
tanpa menziarahi gurindam dua belas.
aku membaca pasal 13:
air laut yang kembali kepada laut.
kesunyian bangkit
antara tiang kapal yang bersandar
dan kibasan sayap burung burung.
langit yang jauh, langit yang jauh
semuram punggung laut.
seperti dentuman pertama
meriam paranggi di selat malaka
mengusir bahasa melayu.
aku menghirup angin garam.
telepon genggamku masih memiliki sinyal.
antara rambut gimbal saut dan kacamata bode,
aku mendengar sorak-sorai,
orang-orang membangkitkan yang mati,
jadi hantu laut merompak pelayaran bahasa.
pom pong pom pong
pom pong pom pong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar