Di Kota Wiji Tukul
kami orang baru,
tersesat di kota hanya satu kata yang hilang.
jalan datang dan pulang sama
asingnya dengan sinuwun gusti dan penunggang kuda
dalam billboard itu. tak ada peta di tangan kami,
orang orang yang ditanya memberi tanda dan arah berbeda,
seperti nasib hanya satu kata itu!
ada ragu tumbuh setiap bertemu simpang
atau jalan baru. tapi kami masih sempat berkelakar—
di atas motor pinjaman—jalan apa pun yang ditempuh
semoga bertemu hanya satu kata.
malam yang memboncengi gerimis, jatuh
di atas jejak satu kata yang tak terlacak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar