1 Februari 2009

Solilokui


Belajar Menulis Tentang Pohon

kesibukan saya yang berkesan saat ini bagi saya adalah melihat pohon. setiap hari, tanpa jadwal pasti, saya melihat pohon. maklum di kampung saya masih ada pohon. saya cukup senang. tapi saya juga cukup sedih. sebab banyak sekali pohon yang dulu ada, kini tak lagi ada. misalnya pohon jarak di halaman rumah mama saya.

setiap kali teringat pohon jarak itu, saya teringat nenek saya. nenek saya itu sudah mati. dan saya jarang menyanyikan lagu burung kakak tua. tapi cerita nenek saya tentang pohon jarak, tetap hidup dalam ingatan saya. kisah nenek, sewaktu zaman penjajahan jepang dulu, nenek kalau mandi sabunnya pakek buah pohon jarak dan kakek tetap mencintai nenek.

setiap kali teringat pohon jarak itu, saya teringat waktu kecil, saya kena sakit campak. mama mengambil daun pohon jarak itu, merendamnya di air. lalu daun pohon jarak yang sudah basah itu di letakan mama di tubuh saya yang diamuk campak.

sekarang di kampung saya sudah tumbuh pohon baru. kalau di malam hari, pohon itu mengeluarkan cahaya, warnanya merah. batang pohon itu terbuat dari besi, tidak berdaun, tidak berakar. pohon besi itu paling tinggi di kampung saya. sebenarnya, saya tidak suka dengan pohon besi itu. burung-burung dan monyet juga tidak suka. itulah sebabnya tidak ada burung-burung dan monyet membuat sarang di sana. tapi kalau pohon besi itu tak ada, saya tidak bisa berbagi kabar dengan teman-teman saya yang jauh dalam tempo sesingkat-singkatnya. dan pulsa di telpon genggam saya akan membusuk.

eh, burung-burung tidak butuh pulsa. monyet juga tidak butuh pulsa. tapi mengapa orang jual pulsa pakek monyet?! ternyata kecantikan luna maya kurang mampu untuk menjual pulsa, jadi butuh bantuan monyet, hehe...

begitulah, kesibukan saya yang berkesan bagi saya: melihat pohon!

dan kesibukan yang paling berkesan bagi saya adalah menanam pohon. setiap kali saya menanam pohon, saya merasa hidup masih ada.

mong-ngomong, kamu sekarang sibuk apa?