16 November 2010

Puisi

Manusia Berjalan

bagaimana kita beradu mata
tanpa janji sebelumnya?
bagaimana waktu bekerja
merancang pertemuan
menyusun ingatan!

fais, kau masih memotret?

ada bapak dua anak.
bila malam, ia berdandan jadi wanita,
menunggu pelanggan di sudut jalan.
siang, ia jadi bapak kembali.
aku ingin memotretnya. aku perlu mendekatinya.
aku tidak mau memotret perempuan cantik papan reklame itu.
then, sebentar lagi aku akan jadi seorang bapak.

berapa jauh manusia berjalan hingga pantas disebut manusia?

udara masih berembun, menyimpan banyak kesedihan.
di senen, di senen sebuah bis kota meninggalkan perhentian
membawa manusia subuh.
entah ke mana.

Puisi

Braga

Braga

aku ingin bernyanyi
di trotoar jalan malam
di samping ibu yang tidur bersama anaknya.
perempuan perempuan berpaha mulus melintas.
o, aku ingin bernyanyi dengan lirik terhubung pada lampu jalan
seperti api membakar bandung selatan.

satu kaleng bir
musik ke luar dari kafe
aku teguk di trotoar.
aku rasakan angin teduh
berhembus dalam mata ibu
yang tidur bersama anaknya.
tapi di jalan ini,
cinta telah gagal percaya
pada dirinya sendiri.
orang-orang menyusun malam
dari film hongkong
dan hollywood.

perempuan perempuan berpaha mulus melintas.
mari pergi ke jalan yang lain, euy.

9 November 2010

Puisi

Meninggalkan Pulau Penyengat

dalam gerimis petang,
bersama pompong
aku tinggalkan pulau penyengat
tanpa menziarahi gurindam dua belas.
aku membaca pasal 13:
air laut yang kembali kepada laut.

kesunyian bangkit
antara tiang kapal yang bersandar
dan kibasan sayap burung burung.
langit yang jauh, langit yang jauh
semuram punggung laut.
seperti dentuman pertama
meriam paranggi di selat malaka
mengusir bahasa melayu.

aku menghirup angin garam.
telepon genggamku masih memiliki sinyal.
antara rambut gimbal saut dan kacamata bode,
aku mendengar sorak-sorai,
orang-orang membangkitkan yang mati,
jadi hantu laut merompak pelayaran bahasa.

pom pong pom pong
pom pong pom pong